Headlines News :

OM SVASTIYASTU

Home » » Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama

Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama

Written By Unknown on Sabtu, 04 Februari 2017 | 03.21

ilustrasi

Om Awignham Asthu namo siddham
,
Om Anobadrah Kertawo Yantu Wiswata,
Om Swastyastu,

Yang kami sucikan pinandita dan pandita
Yang terhormat Bapak ketut budiawan, MH.,Fil.H
Yang kami hormati umat sedharman

” Pujiastuti awignham asthu dan puji syukur kita panjatkan kepada Ida sang Hyang Widhi / Tuhan yang maha Esa. Karena berkat anugrah dan waranugraha-Nya kita diberikan kesehatan, kesempatan dan kekuatan sehingga kita bisa hadir dalam acara Hari Purnama Pura Aditya Jaya Rawamangun”.

“ Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang berbahagia,
Tentu saya sangat senang sekali dapat bertemu dengan Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku dalam dharma wacana dalam bahasan “Hari Raya Suci Purnama”, yang dikemas dalam sebuah judul Beretika dalam berpakian ke pura saat Purnama  karena kita tahu semua bahwa  belakangan ini isu tentang Penomena yang sering kita lihat disekitar kita seperti etika berpakian saat memasuki pura, saat disayangkan kita sebagai umat  Hindu di DKI Jakarta Kita harus perlu melihat dalam berpakian untuk jalan-jalan atau untuk ke pura. Dalam hal berpakian biasanya seiring berkembangnya jaman seiring modern pun dalam tren berpakian. Seperti halnya dalam berpakaian untuk sembahyang saat ke pura. Bagi umat Hindu pemuda-pemudi  sering kita jumpai mengenakan kebaya dengan bahan tranparan dengan kain bawahan (kamen) bagian depan hanya beberapa centi dibawah lutut melakukan persembahyangan. Sangat santer di masyakat kita. Untuk itulah kami mencoba mengakat ini agar kita menjadi mengetahuidan memahami hal tersebut secara holistic tentang keadaan yang sesungguhnya”.

Jika kita telusuri etika-etika dalam berbusana ke Pura. Orang berbusana adat yang baik untuk ke pura yakni berbusana yang enak dipandang. Tidak kebablasan seperti busana yang pendek-pendek, kebaya yang tipis dan transparan, penggunaan kamben yang di atas lutut. Walaupun semua itu adalah tren atau mode kita harus juga mengetahui apa makna dari pakaian adat ke Pura. Yang pertama yaitu berpakaian yang sopan, beretika, dan juga mencerminkan kedamaian. Dan yang kedua yaitu, terbagi menjadi tiga diantaranya yang pertama, atas yaitu kepala yang melambangkan Dewa. Untuk putra mengenakan udeng, dan wanita rambutnya diikat rapi. Di bagian kepala yang kerap diistilahkan Prabu, adalah tempat bersemayamnya Dewa. Akal, Pikiran, serta awal dari semua perbuatan yang diberkati oleh Hyang Widhi. Awalnya agar adanya keseragaman PHDI (Parisadha Hindu Darma Indonesia) menetapkan udeng untuk ke pura haruslah berwarna Putih agar menciptakan kesan kejernihan pikiran dan kedamaian pikiran. Serta ujung udeng, atau muncuk udeng harus lurus keatas. Mengapa? Karena itu simbol sang pemakai memantapkan sang pemakai berfikir lurus, memuja Yang Diatas. Tapi simbol penting itu sekarang mulai bergeser dengan berbagai variasi (mereng ke-kiri atau ke-kanan). Pikiran setiap manusia tentu tidak sama, ada yang berpikir positif bahwa itulah trend mode masa kini. Tapi yang berpikiran negatif tentu tidak sedikit, inilah permasalahanya pikiran negatif, paling tidak pakian terbuka akan mempengaruhi kesucian pikiran umat lain yang melihatnya sehingga mempengaruhi konsentrasi persembahyangan. Seperti dijelaskan Dalam Sarasamuscaya, sloka 82 dijelaskan :

  SARVAM PASYATI CAKSUSMAN MANOYUKTENA CAKSUSA,
    MANASI VYAKULE JATE PASYANNAPI NA PASYATI
  Artinya :
  Mata dikatakan dapat melihat berbagai benda, tiadalain sebenanya pikiranlah yang menyertai mata, sehingga jika pikiran binggung maka nafsunya yangmenguasai, maka pikiranlah yang memegangperanan utama.


Kita sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu memahami dan juga melakasakan etika dalam  berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Karena seperti yang sudah di paparkan tadi bahwa, pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila kita hanya karena mengikuti tren dan mode pakaian yang kita kenakan bisa menggagu konsentrasi mereka tentu saja itu akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk. maka sembah bhakti kita akan sampai pada-nya, namum jika pikiran terpusat pada yang tidak patut, maka kesanalah anggan kita dibawa.

Budayakan dengan berpakaian rapi, nyaman untuk digunakan dan tidak menggaggu penglihatan orang lain serta dengan tidak melupakan unsur-unsur filosofis berpakaian itu akan jauh lebih baik daripada memakai pakaian transparan dan memakai kamben cukup tinggi hingga memperlihatkan paha. Namun pada akhirnya kembali kepada pemakai busana tersebut apa kata hati nurani (atmanasthuti)nya. Pantaskan sebuah trend busana tersebut dipakai untuk melakukan yadnya atau persembahyangan? sedangkan untuk melakukan semua itu diperlukan pikiran yang suci umat. Diperlukan kesadaran semua umat untuk turut mensucikan pura antara lain dengan kesucian pikiran diri sendiri dan orang lain.

“ Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang berbahagia,

Bapak ibuk sedharman didalam hari raya purnama/ pada hari agama besar lainya kita patut harus menjaga berpakian agar bisa kita mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa. Umat Sedharman pada hari purnama ini, seluruh Umat Hindu DKI Jakarta mengikuti persembahyangan dari anak- anak sampai dewasa. Pada dasarnya kita sebagai Umat yang beragama kususnya umat hindu yang telah diajarkan tentang etika dan susila agar bisa berbusana yang sopan pada area suci yaitu pura dan tidak menimbuklan pikiran-pikiran yang negatik pada umat lain. Mari jaga kelestarian pura dan etika dalam melakukan persembahyangan. Dalam Sarasamuscaya, Sloka 82 yang sudah dijelaskan di atas agar Umat Sedharman merenungkannya.

Saya selaku generasi muda Hindu, mengajak Semua Umat Sedharman agar berbusana yang Sopan agar dalam persembahayangan menjadi fokus dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak baik.
Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang berbahagia,
Pada akhir Dharma wacana ini semoga Tuhan Hyang Maha Esa selalu dan senantiasa memberikan kita kesejahtera, kedamaian,semuanya memperoleh kebajikan dan saling pengertian dan dijauhkan dari segala duka nestapa  dan selalu dalam keadaan sejuk teduh dan damai.

Om  santih  santih  santih, Om.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Share this article :
Comments
0 Comments

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

animasi blog

Rank Site

Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net

Popular Posts

Visitor Blog

 
Terbit Blog : TATWAM ASI 28 Januari 2017

Copyright © 2017. TATWAM ASI
Terima Kasih Sudah OM Shanti - Shanti - Shanti OM