ilustrasi |
Om Awignham Asthu namo siddham,
Om Anobadrah Kertawo Yantu Wiswata,
Om
Swastyastu,
Yang
kami sucikan pinandita dan pandita
Yang
terhormat Bapak ketut budiawan, MH.,Fil.H
Yang
kami hormati umat sedharman
” Pujiastuti
awignham asthu dan puji syukur kita panjatkan kepada Ida sang Hyang Widhi /
Tuhan yang maha Esa. Karena berkat anugrah dan waranugraha-Nya kita diberikan
kesehatan, kesempatan dan kekuatan sehingga kita bisa hadir dalam acara Hari
Purnama Pura Aditya Jaya Rawamangun”.
“ Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang
berbahagia,
Tentu saya sangat senang sekali dapat bertemu dengan Bapak/Ibu dan
saudara-saudaraku dalam dharma wacana dalam bahasan “Hari
Raya Suci Purnama”, yang dikemas dalam sebuah judul Beretika dalam berpakian ke pura saat Purnama
karena kita tahu semua bahwa belakangan ini isu tentang Penomena
yang sering kita lihat disekitar kita seperti etika berpakian saat memasuki
pura, saat disayangkan kita sebagai umat Hindu di DKI Jakarta Kita harus perlu melihat
dalam berpakian untuk jalan-jalan atau untuk ke pura. Dalam hal berpakian
biasanya seiring berkembangnya jaman seiring modern pun dalam tren berpakian.
Seperti halnya dalam berpakaian untuk sembahyang saat ke pura. Bagi umat
Hindu pemuda-pemudi sering kita jumpai
mengenakan kebaya dengan bahan tranparan dengan kain bawahan (kamen) bagian
depan hanya beberapa centi dibawah lutut melakukan persembahyangan. Sangat santer di
masyakat kita. Untuk itulah kami mencoba mengakat ini agar kita menjadi mengetahuidan
memahami hal tersebut secara holistic tentang keadaan yang sesungguhnya”.
Jika
kita telusuri etika-etika dalam berbusana ke Pura. Orang berbusana adat yang
baik untuk ke pura yakni berbusana yang enak dipandang. Tidak kebablasan
seperti busana yang pendek-pendek, kebaya yang tipis dan transparan, penggunaan
kamben yang di atas lutut. Walaupun semua itu adalah tren atau mode kita harus
juga mengetahui apa makna dari pakaian adat ke Pura. Yang pertama yaitu
berpakaian yang sopan, beretika, dan juga mencerminkan kedamaian. Dan yang
kedua yaitu, terbagi menjadi tiga diantaranya yang pertama, atas yaitu kepala
yang melambangkan Dewa. Untuk putra mengenakan udeng, dan wanita rambutnya
diikat rapi. Di bagian kepala yang kerap diistilahkan Prabu, adalah tempat
bersemayamnya Dewa. Akal, Pikiran, serta awal dari semua perbuatan yang
diberkati oleh Hyang Widhi. Awalnya agar adanya keseragaman PHDI (Parisadha
Hindu Darma Indonesia) menetapkan udeng untuk ke pura haruslah berwarna Putih
agar menciptakan kesan kejernihan pikiran dan kedamaian pikiran. Serta ujung
udeng, atau muncuk udeng harus lurus keatas. Mengapa? Karena itu simbol sang
pemakai memantapkan sang pemakai berfikir lurus, memuja Yang Diatas. Tapi
simbol penting itu sekarang mulai bergeser dengan berbagai variasi (mereng
ke-kiri atau ke-kanan). Pikiran setiap manusia tentu tidak sama, ada yang
berpikir positif bahwa itulah trend mode masa kini. Tapi yang berpikiran
negatif tentu tidak sedikit, inilah permasalahanya pikiran negatif, paling
tidak pakian terbuka akan mempengaruhi kesucian pikiran umat lain yang
melihatnya sehingga mempengaruhi konsentrasi persembahyangan. Seperti
dijelaskan Dalam Sarasamuscaya,
sloka 82 dijelaskan :
SARVAM PASYATI CAKSUSMAN MANOYUKTENA CAKSUSA,
MANASI VYAKULE JATE PASYANNAPI NA PASYATI
Artinya :
Mata dikatakan dapat melihat berbagai benda,
tiadalain sebenanya pikiranlah yang menyertai mata, sehingga jika pikiran
binggung maka nafsunya yangmenguasai, maka pikiranlah yang memegangperanan
utama.
Kita
sebagai generasi muda memang sudah harus sepatutnya mempelajari dan mampu
memahami dan juga melakasakan etika dalam
berpakaian untuk persembahyangan ke Pura. Karena seperti yang sudah di
paparkan tadi bahwa, pikiranlah yang utama dalam mengantarkan bhakti kita kehadapan
Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Dan apabila kita hanya karena mengikuti tren dan
mode pakaian yang kita kenakan bisa menggagu konsentrasi mereka tentu saja itu
akan membuat terganggunya situasi persembahyangan yang khusyuk. maka sembah
bhakti kita akan sampai pada-nya, namum jika pikiran terpusat pada yang tidak
patut, maka kesanalah anggan kita dibawa.
Budayakan
dengan berpakaian rapi, nyaman untuk digunakan dan tidak menggaggu penglihatan
orang lain serta dengan tidak melupakan unsur-unsur filosofis berpakaian itu
akan jauh lebih baik daripada memakai pakaian transparan dan memakai kamben
cukup tinggi hingga memperlihatkan paha. Namun pada akhirnya kembali kepada
pemakai busana tersebut apa kata hati nurani (atmanasthuti)nya. Pantaskan
sebuah trend busana tersebut dipakai untuk melakukan yadnya atau
persembahyangan? sedangkan untuk melakukan semua itu diperlukan pikiran yang
suci umat. Diperlukan kesadaran semua umat untuk turut mensucikan pura antara
lain dengan kesucian pikiran diri sendiri dan orang lain.
“ Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang
berbahagia,
Bapak ibuk sedharman didalam hari raya
purnama/ pada hari agama besar lainya kita patut harus menjaga berpakian agar
bisa kita mendekatkan diri kepada Hyang Widhi Wasa. Umat Sedharman pada hari
purnama ini, seluruh Umat Hindu DKI Jakarta mengikuti persembahyangan dari
anak- anak sampai dewasa. Pada dasarnya kita sebagai Umat yang beragama
kususnya umat hindu yang telah diajarkan tentang etika dan susila agar bisa
berbusana yang sopan pada area suci yaitu pura dan tidak menimbuklan
pikiran-pikiran yang negatik pada umat lain. Mari jaga kelestarian pura dan
etika dalam melakukan persembahyangan. Dalam Sarasamuscaya, Sloka 82 yang
sudah dijelaskan di atas agar Umat Sedharman merenungkannya.
Saya
selaku generasi muda Hindu, mengajak Semua Umat Sedharman agar berbusana yang
Sopan agar dalam persembahayangan menjadi fokus dan tidak menimbulkan hal-hal
yang tidak baik.
Bapak/Ibu dan saudara-saudaraku yang
berbahagia,
Pada akhir Dharma wacana ini semoga Tuhan
Hyang Maha Esa selalu dan senantiasa memberikan kita kesejahtera,
kedamaian,semuanya memperoleh kebajikan dan saling pengertian dan dijauhkan
dari segala duka nestapa dan selalu
dalam keadaan sejuk teduh dan damai.
Om santih
santih santih, Om.
Terimakasih Anda telah membaca tulisan / artikel di atas tentang :
Judul: Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.
Judul: Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama
Rating: 100% based on 99998 ratings. 5 user reviews.
Ditulis Oleh Unknown
Semoga informasi mengenai Dharma Wacana Hari Raya Suci Purnama bisa memberikan manfaat bagi Anda. Jangan lupa Komentar Anda sangat dibutuhkan, di bawah ini.